Kehidupan Agency vs Corporate

3:21:00 PM


Source: www.calendis.ro
Dua tahun lebih gue bekerja di digital agency menjadi seorang Social Media Specialist. Selama dua tahun itu, gue merasakan suasana yang fun walaupun sangat terbiasa dikejar-kejar deadline dari klien yang emang hobi banget dadakan. Apalagi gue tipikal anak yang gak bisa diem alias sugar rush membuat gue cukup betah untuk kerja di dua digital agency berbeda dalam kurun waktu 2 tahun 7 bulan.

Namun, siapa sangka gue malah memutuskan untuk masuk ke retail corporate karena seringnya mendengar berita tentang ketidakstabilan finansial dan meninggalkan dunia agency. Walaupun sih gue masuk ke corporate juga tetap jadi Social Media.

Source: creativeengland.co.uk
Masuk ke corporate, gue harus merasakan sensasi yang berbeda dari biasanya. Misalnya, dalam berbusana dimana biasa gue bisa pakai baju asal (kaos, rok, sneakers) atau apapun gaya-gaya OOTD anak gaul jaman sekarang mendadak gue harus mengganti itu semua dengan berpakaian rapi seperti kemeja, celana bahan dan sepatu heels.

Culture shock? Itu masih belum seberapa. Karena pada akhirnya gue memutuskan untuk tetap menggunakan jeans warna hitam.

Masuk ke kerjaan, sebenarnya tidak ada yang berubah secara istimewa, hanya saja penambahan job desk marketing communication offline yang sebenarnya gue masih agak buta.

So, buat gue itu tidak merupakan masalah ya, karena gue juga orang yang memang senang belajar hal baru.

Di hal ini, gue baru merasakan bahwa gue mengalami culture shock yang hebat. Lingkungan! Yup, lingkungan corporate dan agency memang berbeda jauh, guys.

Yang tadinya gue bisa teriak-teriak fun, di sini gue harus diem dan terkesan serius terus mandangin komputer.

Yang tadinya gue punya partner bercandaan yang sama recehnya sama gue, di sini gue harus berlapang dada karena kebanyakan Bapak-bapak dan Ibu-ibu

Yang tadinya kita sering sharing tentang informasi digital terkini, di sini gue harus mencari informasi digital sendirian

Yang tadinya bercandaan gue Lambe Turah dan Rumpi No Secret, kini gue harus ngobrol tentang kehidupan rumah tangga

Yang tadinya genre lagu gue EDM, kini yaa masih EDM juga dongs! (untung part yang ini gue ga berubah. Thanks, Spotify)

Yang tadinya mulut gue sangat nyinyir, di sini gue harus menahan sabar setiap kali ngadepin orang yang nanya hal yang sama sampai 10 kali

Yang tadinya gue suka banget ngomong kasar, di sini gue bertutur kata lembut banget, ramah dan jadi sopan (Hmm, sebenarnya sih udah gak tahan juga)

Yang tadinya internet agency dapet full akses, kini buka Instagram, download Spotify gak bisa (cem mana Socmed gak bisa buka Instagram. Pfft...)

Selama 4 (empat) bulan gue kerja di corporate, memang banyak suka duka yang dirasakan termasuk culture shock gue di atas.

Source: content-static.upwork.com
Corporate memiliki birokrasi yang berlayer serta lebih sulit dibandingkan dengan agency. Sepengalaman gue pun mereka cenderung masih konvensional dan masih sulit untuk go digital. Dan hal-hal seperti ini yang bikin gue gak bisa menyalurkan semua yang gue punya di digital. Padahal marketing konvensional justru lebih mahal dan tidak terukur dibandingkan dengan marketing digital. Serta tipikal yang memang susah mengeluarkan budget untuk hal-hal yang mereka cukup awam. Namun, biasanya corporate lebih santai dan memungkinkan kamu untuk pulang tengo. 

Source: agente.ru
Sementara agency, birokrasinya cenderung lebih simpel dan tidak ada prosedur yang berlayer dengan para petingginya. Suasana yang fun, hanya deadline dan tuntutan klien yang memang membuat kepala pusing dan beberapa agency ada yang memang mengalami ketidakstabilan dari sisi finansial dan seringnya lembur karena menghadapi tuntutan klien.

So, itu semua kembali lagi pada passion dan keinginan kamu untuk bekerja. Dimanapun, selama kamu bisa mendapatkan pengalaman dan ilmu, everywhere can be! :) 

You Might Also Like

0 comments

Popular Posts

Share on Facebook

Subscribe