Ketika Media Sosial Menjadi Ajang Eksistensi Instan
9:24:00 AMSource: http://www.huffingtonpost.com |
Sebut saja beberapa kasus yang terjadi beberapa
minggu terakhir ini, Selma Dena misalnya. Lewat akun Instagramnya @selmadena, ia
pun mulai berbagi kisah percintaannya yang dimana secara singkat cerita ia pun
memutuskan untuk meninggalkan kekasihnya yang masih melanjutkan studi untuk
menikah dengan putra Amien Rais, yaitu Haqy Rais.
Kisahnya pun dibuat dalam rangkaian beberapa posting
yang menceritakan mengapa ia memutuskan meninggalkan kekasihnya dan membuat
beberapa orang berpikir bahwa ia memang realistis. Tidak sedikit yang
meninggalkan pro dan kontra di kolom komentar akun Instagram Selma dengan
memberikan opini sesuai dengan pendapat para followersnya. Sekedar mencari
pembenaran akan keputusannya dengan mengumbar kisahnya ke ranah publik?
Entahlah.
Kasus kedua terjadi dari seorang Bapak yang
menggunakan fitur Facebook video live untuk bunuh diri. Kasus Bapak Pahinggar
Indrawan memang cukup mengejutkan di minggu lalu dengan bunuh diri live. Tidak
pantas? Yes! Hal tersebut sangat tidak layak ditayangkan di sebuah ranah publik
apabila media sosial dengan jumlah pengguna yang mayoritas adalah usia 25-34
karena bisa saja mereka menganggap hal tersebut adalah hal yang lumrah terjadi.
Satu lagi yang baru gue temui adalah dari seorang
wanita cantik bernama Hotmaria Ompusunggu. Bedanya dari dua kasus di atas
adalah, kisah Mba Hotmaria ini lebih sedikit kurang sensasi. Ia hanya
memposting beberapa foto dan kisah mengharukan dari kegagalannya untuk menikah.
Berbeda dengan Selma, ia pun mendapatkan dukungan dari orang lain dengan
kisahnya. Apakah ini salah satu cara menarik simpati? Ataukah hanya ingin
berbagi kisah semata? Entahlah. Selama itu masih dalam tahap menginspiasi
seseorang harusnya tidak menjadi masalah.
Kasus di atas adalah segelintir kisah yang gue temui
beberapa minggu ini, belum lagi kita bisa melihat kasus Awkarin yang dengan
mudahnya menjadi selebriti hanya dalam hitungan menit setelah vlognya bersama
Gaga Muhammad beredar di YouTube. Belum lagi kita lihat Young Lex dan beberapa
selebriti lainnya yang pernah mendapatkan ketenaran atau justru masalah dengan
memposting sesuatu yang privasi di media sosial mereka.
Source: http://cdn.idpelago.com |
Source: www.okezone.com |
Source: www.keprinews.co.id |
Source: www.dagelan.com |
Lalu, bagaimanakah peran media sosial di era milenial
seperti ini? Akankah seharusnya media sosial mendidik untuk generasi milenial?
Sharing Informasi
Media sosial seharusnya bisa menjadi ranah yang digunakan publik untuk mencari informasi, membangun koneksi dengan para teman dunia maya secara sehat serta untuk bertukar informasi.
Penggunaan media sosial seharusnya bisa menjadi lebih
pintar untuk penggunannya bukannya semakin tidak terkendali. Ada baiknya untuk
mem-filter semua berita sebelum menelannya secara mentah-mentah.
Etika Media Sosial
Dalam menggunakan media sosial, etika juga menjadi sesuatu yang penting. Misalnya, curhat berlebihan, mem-publish masalah personal atau bahkan menggunakan kata-kata kasar yang seharusnya tidak digunakan dalam ranah umum karena dapat menimbulkan kontroversi yang dapat dilihat oleh publik.Pertemanan Sehat
Pastikan kamu menerima semua konfirmasi pertemanan atau pengikut untuk teman yang memang dikenal, bukan dari akun yang tidak dikenal karena kebenarannya tidak dapat dipertanggungjawabkan.Membangun Networking
Manfaatkan media sosial untuk membangun jaringan yang nantinya dapat digunakan untuk mencari pekerjaan, menjalin relasi dengan rekan binsis dan sebagainya
Hindari SARA
Adanya isu politik yang dikaitkan dengan SARA kerap memberikan dampak buruk bagi media sosial. Cacian dan komentar pedas dengan SARA sangat tidak disarankan di media sosial karena dapat berakibat buruk. Selain pencitraan yang buruk, bahkan kamu tidak segan untuk dapat dikenakan UU ITE bahkan sampai masuk penjara hanya karena pelecehan SARA di media sosial. So, mulutmu harimaumu.
0 comments